9 Tokoh Pendidikan Indonesia yang Menginspirasi Generasi Masa Kini

Pendidikan adalah fondasi kemajuan bangsa, dan di balik perkembangan sistem pendidikan Indonesia saat ini, terdapat tokoh-tokoh pendidikan yang berjasa besar. Dari era kolonial hingga masa kini, para pendidik inspiratif ini telah membentuk cara kita belajar dan mengajar. Nama-nama seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy'ari hingga Seto Mulyadi (Kak Seto) menjadi simbol perjuangan dan inovasi dalam dunia pendidikan.

Tahukah Sobat Pelajar bahwa konsep pendidikan inklusif di Indonesia mulai dirintis sejak awal abad ke-20? Artikel ini akan mengajak Sobat Pelajar menjelajahi 9 tokoh pendidikan Indonesia yang tidak hanya mengubah sejarah, tetapi juga terus menginspirasi generasi masa kini. Melalui perjuangan mereka, kita dapat memahami pentingnya pendidikan yang merata dan bermakna bagi setiap anak bangsa.

Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Sejarah pendidikan Indonesia mencerminkan perjuangan panjang untuk mencerdaskan bangsa. Pada era kolonial, pendidikan formal hanya tersedia bagi kalangan elit dan terbatas pada sekolah Belanda atau misionaris.

Sobat Pelajar, tahukah bahwa hanya segelintir pribumi yang mendapat akses pendidikan saat itu?

Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, dan Wahidin Sudirohusodo menjadi pelopor yang memperjuangkan pendidikan bagi rakyat biasa. Memasuki era kemerdekaan, reformasi pendidikan mulai terwujud melalui pendirian sekolah-sekolah nasional dan pesantren modern seperti yang digagas KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Tantangan seperti minimnya infrastruktur dan rendahnya tingkat melek huruf diatasi dengan semangat gotong royong. Kini, di era modern, pendidikan Indonesia terus berkembang dengan inovasi seperti pendidikan alternatif oleh Butet Manurung dan pendekatan homeschooling dari Kak Seto. Perjalanan ini menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh pendidikan Indonesia berperan besar dalam membentuk sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata.

9 Tokoh Pendidikan Indonesia yang Menginspirasi

1. Ki Hajar Dewantara - Bapak Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, adalah pelopor pendidikan nasional Indonesia.

Sobat Pelajar, bayangkan bagaimana sulitnya mengakses pendidikan di era kolonial, terutama bagi pribumi! Pada 1922, beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang menawarkan akses belajar bagi rakyat biasa dengan konsep "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" (di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan). Pendekatan ini menekankan pendidikan karakter dan kebebasan berpikir.

Ki Hajar juga memperjuangkan pendidikan inklusif yang menggabungkan nilai budaya lokal dengan ilmu modern. Hingga kini, warisannya hidup melalui sistem pendidikan Taman Siswa dan Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei (tanggal lahir Kihajar Dewantara). Kutipan terkenalnya, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah,” terus menginspirasi dunia pendidikan Indonesia.

BACA JUGA: BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA

2. Dewi Sartika - Pelopor Pendidikan Perempuan

Dewi Sartika, lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Bandung, adalah pahlawan pendidikan yang memperjuangkan hak belajar perempuan di era kolonial.

Sobat Pelajar, bayangkan betapa sulitnya perempuan pribumi mendapat pendidikan pada masa itu!

Di bawah kekuasaan Belanda, pendidikan formal hanya tersedia untuk pria dan kalangan elit, sementara perempuan pribumi terkungkung dalam tradisi domestik dan pernikahan dini. Akses ke sekolah nyaris tidak ada bagi mereka. Dengan keberanian luar biasa, Dewi Sartika mendirikan "Sekolah Kautamaan Istri" pada 1904 di Bandung, sekolah pertama khusus perempuan di Indonesia. Ia mengajarkan membaca, menulis, menjahit, dan keterampilan rumah tangga untuk memberdayakan perempuan.

Perjuangan Dewi Sartika tidak hanya meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan, tetapi juga mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai alat pembebasan sosial dan ekonomi.

Sekolah Kautamaan Istri kemudian berkembang dan menjadi inspirasi bagi berdirinya sekolah serupa di berbagai daerah di Jawa Barat. Hingga wafat pada 1947, ia telah meninggalkan warisan berharga dalam sejarah pendidikan Indonesia.

Kutipan terkenalnya, “Pendidikan adalah senjata untuk mengubah nasib,” terus menginspirasi generasi kini.

3. Raden Ajeng Kartini - Pelopor Emansipasi Pendidikan Perempuan

Raden Ajeng Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Jepara, adalah tokoh emansipasi perempuan yang memperjuangkan hak pendidikan bagi wanita.

Sobat Pelajar, bayangkan hidup di era kolonial ketika perempuan hanya diharapkan menikah muda!

Saat itu, perempuan pribumi, terutama dari kalangan biasa, hampir tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Norma budaya dan kolonial membatasi peran mereka pada urusan rumah tangga, dengan pernikahan sering diatur pada usia belasan. Pendidikan dianggap tidak perlu bagi perempuan, dan hanya segelintir bangsawan yang mendapat pelajaran dasar.

Melalui surat-suratnya kepada sahabat di Belanda, yang kemudian diterbitkan sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menyuarakan pentingnya pendidikan untuk memajukan perempuan.

Kartini mendirikan sekolah gratis untuk perempuan di Jepara dan Rembang, mengajarkan membaca, menulis, dan keterampilan praktis.

Meski wafat muda pada 1904, ide-idenya menginspirasi berdirinya sekolah-sekolah perempuan di Indonesia. Hari Kartini diperingati setiap 21 April untuk menghormati perjuangannya. Kutipan terkenalnya, “Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba,” terus memotivasi generasi masa kini.

BACA JUGA: BIOGRAFI R.A. KARTINI

4. KH Ahmad Dahlan - Reformator Pendidikan Islam Modern

KH Ahmad Dahlan, lahir pada 1868 di Yogyakarta, adalah pendiri Muhammadiyah yang merevolusi pendidikan Islam di Indonesia.

Pada masa kolonial, pesantren tradisional kurang mengajarkan sains, matematika, atau bahasa, sehingga umat Islam sulit bersaing. Dengan visi modernisasi, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912, memperkenalkan madrasah modern yang menggabungkan pelajaran agama dengan ilmu umum dengan tujuan membentuk individu yang berakhlak mulia, berilmu pengetahuan luas, serta berkontribusi pada kemajuan masyarakat. Pendidikan menurutnya harus relevan dengan kebutuhan zaman dan mampu membekali peserta didik dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupan.

Ia mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang terjangkau bagi rakyat biasa, meski menghadapi kritik dari kalangan konservatif dan keterbatasan dana. Hingga wafat pada 1923, perjuangannya melahirkan ribuan sekolah Muhammadiyah.

Kutipan terkenalnya, “Hidupkan jiwa Islam dengan ilmu dan amal,” terus menginspirasi generasi untuk menyeimbangkan iman dan pengetahuan.

5. KH Hasyim Asy’ari - Bapak Pesantren Modern

KH Hasyim Asy’ari, lahir pada 14 Februari 1871 di Jombang, Jawa Timur, adalah ulama besar dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang mereformasi pendidikan Islam melalui pesantren.

Beliau dikenal sebagai tokoh yang memodernisasi pesantren dengan memadukan pendidikan agama dan umum, serta mendirikan Pesantren Tebuireng yang menjadi pusat penyebaran ilmu.

Saat itu, pesantren hanya mengajarkan ilmu agama dengan metode tradisional, seperti sorogan dan hafalan, tanpa kurikulum terstruktur atau ilmu umum. Banyak umat Islam kesulitan mengakses pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Pada 1899, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang, yang menjadi model pesantren modern. Ia memperkenalkan sistem kelas, kurikulum terorganisir, dan pelajaran seperti bahasa, sejarah, dan matematika di samping ilmu agama.

Hingga wafat pada 1947, warisan KH Hasyim Asy’ari terus hidup melalui Pesantren Tebuireng dan ribuan pesantren NU lainnya.

6. Rohana Kudus: Pendidik dan Jurnalis Perempuan

Rohana Kudus (lahir 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat) merupakan seorang pahlawan nasional, pendidik, dan jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Ia mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak pendidikan kaum perempuan di tengah konteks sosial yang pada masa itu membatasi peran mereka pada urusan domestik.

Pada 11 Februari 1911, Rohana Kudus mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS). Lembaga pendidikan ini tidak hanya mengajarkan baca-tulis, tetapi juga memberikan pelatihan keterampilan seperti menjahit dan mengelola keuangan dengan tujuan agar perempuan dapat mandiri secara ekonomi.

Selain sebagai pendidik, Rohana juga aktif di dunia jurnalistik. Ia mendirikan surat kabar Soenting Melajoe pada tahun 1912, yang menjadi media untuk menyuarakan gagasan kemajuan dan kesetaraan bagi perempuan. Atas kontribusinya yang besar, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2019.

7. Wahidin Sudirohusodo: Penggagas Pendidikan untuk Kebangkitan Nasional

Dr. Wahidin Sudirohusodo (lahir 7 Januari 1852 di Sleman, Yogyakarta) adalah seorang dokter yang menjadi penggagas utama gerakan kebangkitan nasional melalui pendidikan. Pada masa kolonial, akses pendidikan berkualitas sangat terbatas bagi masyarakat pribumi.

Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter, Dr. Wahidin meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengatasi keterbelakangan. Ia berkeliling untuk menyosialisasikan pentingnya pendidikan dan menghimpun dana beasiswa yang disebut Studiefonds. Dana tersebut ditujukan untuk membantu para pemuda pribumi berprestasi agar dapat melanjutkan pendidikan, termasuk ke sekolah kedokteran STOVIA.

Gagasan Dr. Wahidin menjadi inspirasi utama bagi para mahasiswa STOVIA untuk mendirikan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Perjuangannya meletakkan dasar penting bagi pergerakan nasional Indonesia yang berawal dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan.

8. Saur Marlina Manurung (Butet Manurung): Perintis Pendidikan Komunitas Adat

Saur Marlina Manurung, atau Butet Manurung (lahir 21 Februari 1972 di Jakarta), adalah seorang antropolog dan praktisi pendidikan yang dikenal atas upayanya menyediakan akses literasi bagi komunitas adat terpencil.

Pada tahun 2003, ia turut mendirikan lembaga nirlaba SOKOLA. Melalui program Sokola Rimba, ia mengembangkan sistem pendidikan alternatif yang dirancang khusus untuk Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi. Metode ini bersifat fleksibel dan kontekstual, yaitu disesuaikan dengan budaya serta gaya hidup masyarakat setempat, dengan fokus pada baca-tulis-hitung dan pengetahuan praktis.

Kiprahnya diangkat dalam film Sokola Rimba (2013) dan diakui secara internasional melalui penghargaan Ramon Magsaysay Award pada tahun 2014. Kegiatannya menjadi bukti pentingnya pendekatan pendidikan inklusif yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

9. Seto Mulyadi (Kak Seto): Psikolog dan Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini

Dr. Seto Mulyadi, M.Psi., yang populer dengan sapaan Kak Seto (lahir 28 Agustus 1951 di Klaten), adalah seorang psikolog anak yang sangat berpengaruh dalam pengembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia.

Melalui berbagai kegiatannya, ia secara konsisten mempopulerkan konsep "belajar sambil bermain". Pendekatan ini menekankan pentingnya proses belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan tahap perkembangan psikologis anak untuk menumbuhkan kreativitas dan kepercayaan diri. Ia juga merupakan salah satu tokoh yang memperkenalkan pendidikan alternatif seperti homeschooling.

Di bidang advokasi, ia berperan aktif dalam perlindungan hak-hak anak, antara lain sebagai pendiri Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) dan pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Kontribusinya secara konsisten mendorong terwujudnya lingkungan belajar yang positif bagi anak-anak Indonesia.

Dampak Tokoh Pendidikan pada Generasi Masa Kini

Kontribusi tokoh pendidikan Indonesia, dari Ki Hajar Dewantara hingga Kak Seto, terus membentuk wajah pendidikan modern Indonesia. Filosofi Tut Wuri Handayani dari Ki Hajar Dewantara bukan hanya slogan, tetapi menjadi jiwa dari pendidikan karakter yang kini diterapkan di banyak sekolah, termasuk dalam Kurikulum Merdeka. Perjuangan Dewi Sartika dan Raden Ajeng Kartini untuk pendidikan perempuan telah membuka gerbang kesetaraan gender, yang hasilnya bisa kita lihat dari banyaknya perempuan hebat yang menjadi pemimpin dan profesional di berbagai bidang.

Reformasi pendidikan Islam oleh KH Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari melalui Nahdlatul Ulama menginspirasi ribuan madrasah dan pesantren modern. Lembaga-lembaga ini kini sukses memadukan ilmu agama dengan teknologi dan ilmu pengetahuan umum.

Semangat Rohana Kudus dalam mendidik perempuan dan Wahidin Sudirohusodo dalam menggalang dana untuk pelajar tak mampu adalah bukti perjuangan untuk membuka akses pendidikan. Semangat ini dilanjutkan oleh Butet Manurung yang membawa lentera pendidikan hingga ke suku-suku pedalaman. Terakhir, pendekatan ramah anak dari Kak Seto menjadi dasar kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berbasis kreativitas dan bermain.

Sobat Pelajar, di era digital ini, warisan mereka mengajarkan kita sebuah pesan kuat: pendidikan harus merata untuk semua, relevan dengan tantangan zaman, dan selalu berpusat pada pertumbuhan setiap anak bangsa.

Penutup: Api Semangatmu, Masa Depan Bangsaku

Sobat Pelajar, setelah menelusuri jejak para pahlawan pendidikan kita, terlihat jelas ya, bahwa kemudahan kita belajar hari ini adalah buah dari perjuangan tanpa henti. Dari semangat kebangsaan Ki Hajar Dewantara, keberanian Kartini mendobrak tradisi, hingga inovasi Kak Seto yang membuat belajar jadi menyenangkan, semuanya mengajarkan satu hal penting.

Meskipun mereka hidup di zaman yang berbeda dan menghadapi tantangan yang unik—mulai dari melawan penjajah, mendobrak adat, hingga menembus tantangan medan yang berat di pedalaman—mereka semua punya satu mimpi yang sama: ingin melihat setiap anak bangsa menjadi cerdas, berdaya, dan merdeka seutuhnya.

Sekarang, perjuangan itu ada di pundak kita. Meneruskan semangat mereka bukan berarti kita semua harus mendirikan sekolah. Caranya bisa dimulai dari hal-hal yang dekat dengan kita: belajar dengan sungguh-sungguh, berani bertanya dan berpikir kritis, tidak mudah menyerah, serta peduli pada teman-teman di sekitar kita yang mungkin kesulitan dalam belajar.

Karena pada akhirnya, setiap ilmu yang kita raih dan setiap kebaikan yang kita bagikan adalah cara kita menjaga api semangat mereka tetap menyala. Mari menjadi generasi yang tidak hanya menikmati hasil perjuangan mereka, tetapi juga menjadi pelaku sejarah untuk Indonesia yang lebih cerdas dan lebih baik.

Ruang Belajar Channel
Ruang Belajar Channel Education Content Creator

Posting Komentar untuk "9 Tokoh Pendidikan Indonesia yang Menginspirasi Generasi Masa Kini"