Ruang Belajar Channel - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus mempercepat transformasi digital di dunia pendidikan Indonesia melalui program pengadaan smartboard atau Interactive Flat Panel (IFP) untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Namun, di tengah antusiasme tersebut, muncul kekhawatiran bahwa perangkat canggih ini hanya akan menjadi program mangkrak seperti sejumlah proyek teknologi pendidikan sebelumnya. Menanggapi hal ini, Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi menyeluruh agar smartboard benar-benar dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembelajaran tatap muka di kelas.
Latar Belakang Program Smartboard di Sekolah
Program distribusi smartboard atau Interactive Flat Panel (IFP) ke sekolah-sekolah merupakan bagian dari agenda besar transformasi digital pendidikan yang sedang digencarkan oleh Kemendikdasmen. Tujuan utamanya adalah mendorong digitalisasi pembelajaran di ruang kelas agar proses belajar mengajar semakin interaktif, kreatif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Selama ini, banyak sekolah masih mengandalkan metode pembelajaran konvensional berbasis papan tulis dan buku teks. Di tengah arus perkembangan teknologi yang begitu cepat, pendekatan tersebut mulai dirasa kurang mampu memenuhi kebutuhan peserta didik yang hidup di era digital. Kehadiran smartboard diharapkan dapat menjadi jembatan antara teknologi dan pendidikan, sehingga guru dapat menyampaikan materi secara lebih visual, kolaboratif, dan menarik.
Selain itu, penggunaan perangkat IFP (Interactive Flat Panel) juga sejalan dengan arah kebijakan Kemendikdasmen dalam mewujudkan pembelajaran abad ke-21 yang menekankan pada literasi digital, berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Dukungan ini bukan hanya dalam bentuk pengadaan perangkat, tetapi juga melalui regulasi, pendanaan, dan pelatihan guru agar transformasi digital pendidikan berjalan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Strategi Kemendikdasmen agar Smartboard Tak Mangkrak
1. Pelatihan Guru Jadi Smart Teacher
Salah satu langkah utama yang disiapkan Kemendikdasmen agar program smartboard untuk sekolah tidak mangkrak adalah melalui pelatihan intensif bagi guru penerima smartboard. Pemerintah menyadari bahwa perangkat secanggih apa pun tidak akan memberi dampak besar tanpa adanya guru yang kompeten dan siap memanfaatkannya dalam proses pembelajaran.
Setiap guru dari sekolah yang menerima smartboard akan diwajibkan mengikuti pelatihan guru smartboard yang mencakup tiga aspek utama, yaitu:
-
Penguasaan teknis operasional perangkat IFP, seperti menyalakan, mengoperasikan fitur layar sentuh, dan menggunakan aplikasi pembelajaran bawaan.
-
Integrasi pembelajaran digital ke dalam kurikulum sekolah, agar penggunaan smartboard selaras dengan tujuan capaian pembelajaran siswa.
-
Pembuatan media ajar interaktif, seperti kuis digital, presentasi multimedia, dan simulasi pembelajaran visual.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya peningkatan kompetensi guru ini.
“Smartboard hanya akan benar-benar bermanfaat jika dioperasikan oleh guru yang cakap. Karena itu, kami pastikan guru penerima akan mendapat pelatihan menyeluruh, agar mereka siap menjadi smart teacher,” ujarnya.
Dengan pelatihan ini, Kemendikdasmen berharap guru tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tetapi juga mampu mengubah cara mengajar menjadi lebih kreatif, kolaboratif, dan berpusat pada siswa.
2. Penyediaan Infrastruktur Listrik dan Internet
Salah satu langkah antisipatif yang disiapkan Kemendikdasmen agar smartboard tidak menjadi program mangkrak adalah penyediaan dukungan infrastruktur dasar, khususnya listrik dan internet. Abdul Mu’ti menegaskan bahwa ketersediaan daya listrik dan jaringan internet menjadi faktor penting agar perangkat interactive flat panel (IFP) bisa dimanfaatkan secara optimal di sekolah.
“Kami juga siap membantu pembangunan listrik bertenaga surya bagi sekolah penerima smartboard yang belum memiliki listrik atau kurang memadai daya listriknya,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti, dikutip dari ANTARA.
Selain itu, Kemendikdasmen juga bekerja sama dengan BAKTI Kominfo untuk memperluas jaringan internet sekolah. Langkah ini diharapkan dapat memastikan seluruh sekolah penerima smartboard memiliki akses internet memadai untuk membuka materi pembelajaran digital dan sumber belajar interaktif yang sudah disiapkan.
Langkah penyediaan infrastruktur ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya memberikan perangkat, tetapi juga membangun ekosistem pendukung agar proses transformasi digital pendidikan dapat berjalan merata hingga ke sekolah-sekolah di daerah terpencil.
3. Penyediaan 2.500 Paket Materi Digital
Selain pelatihan guru dan pembangunan infrastruktur, Kemendikdasmen juga menyiapkan 2.500 paket materi pembelajaran digital yang akan langsung terintegrasi dengan smartboard (interactive flat panel/IFP). Langkah ini menjadi strategi penting agar smartboard tidak hanya menjadi pajangan di kelas, tetapi benar-benar dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
“Kami sudah menyiapkan sebanyak 2.500 paket materi pembelajaran yang menjadi bagian tak terpisahkan dari penggunaan papan pintar tersebut,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti, dikutip dari ANTARA.
Seluruh materi yang disediakan disusun berdasarkan kurikulum nasional sehingga dapat langsung digunakan guru sebagai bahan ajar interaktif di ruang kelas. Dengan adanya konten siap pakai ini, guru tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membuat materi dari awal, sehingga dapat lebih fokus pada proses pembelajaran dan pendampingan siswa.
Keberadaan materi digital interaktif ini juga diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan menciptakan suasana kelas yang lebih hidup, kreatif, dan kolaboratif.
Interaksi Tatap Muka Tetap Prioritas
Meskipun smartboard dihadirkan sebagai bagian dari program digitalisasi pembelajaran, Kemendikdasmen menegaskan bahwa kehadiran perangkat ini tidak akan menggantikan peran guru di ruang kelas. Smartboard hanyalah alat bantu pembelajaran yang memperkaya metode penyampaian materi, bukan pengganti guru.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa guru tetap harus hadir secara langsung di kelas untuk membimbing, memfasilitasi diskusi, dan mengelola aktivitas belajar siswa.
“Saya ingin tegaskan juga bahwa dengan adanya materi tersebut tidak berarti guru tidak hadir di kelas, tetap ada guru yang mengajar… Kami pastikan adanya IFP itu guru tetap harus aktif di kelas sebagai fasilitator,” ujarnya, dikutip dari ANTARA.
Dengan penegasan ini, Kemendikdasmen ingin menepis kekhawatiran publik bahwa pembelajaran di sekolah akan berubah menjadi full daring hanya karena adanya smartboard. Interaksi langsung antara guru dan siswa tetap menjadi prioritas utama dalam setiap proses pembelajaran.
Target Distribusi dan Mekanisme Penyaluran Smartboard
Kemendikdasmen menargetkan distribusi sebanyak 288.000 unit smartboard (interactive flat panel/IFP) pada tahun 2025. Namun, pendistribusian ini tidak dilakukan secara sembarangan atau memaksa semua sekolah untuk menerima. Hanya sekolah yang benar-benar siap dari sisi SDM dan infrastruktur yang akan mendapatkan perangkat tersebut.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa jika ada sekolah yang merasa belum siap atau menolak untuk menerima, maka pengiriman smartboard dapat dibatalkan tanpa paksaan.
“Kalau ada yang merasa tidak mau menerima, maka kami dengan senang hati akan mengambil kembali pengiriman ke sekolah itu. Kalau memang sekolah yang bersangkutan tidak bersedia menerima,” ujarnya.
Langkah ini menunjukkan bahwa program smartboard bukan proyek seremonial, tetapi program terencana yang mengutamakan kesiapan sekolah penerima agar benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dampak Positif Program Smartboard untuk Pendidikan
Hadirnya smartboard di sekolah-sekolah Indonesia diharapkan membawa berbagai dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan nasional. Salah satu manfaat utamanya adalah meningkatkan literasi digital guru dan siswa. Dengan adanya pelatihan bagi guru dan konten pembelajaran digital yang terintegrasi, guru akan terbiasa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, sedangkan siswa akan lebih akrab dengan teknologi sejak dini.
Smartboard juga memungkinkan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, visual, dan menarik. Siswa tidak lagi hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi bisa berpartisipasi langsung dalam aktivitas belajar berbasis media digital seperti simulasi, kuis interaktif, dan presentasi multimedia.
Selain itu, program ini diharapkan menjadi salah satu langkah strategis untuk memeratakan kualitas pendidikan hingga ke daerah terpencil. Dengan dukungan infrastruktur listrik dan internet yang disiapkan Kemendikdasmen, sekolah-sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) juga bisa menikmati akses teknologi pembelajaran modern yang sama seperti sekolah di kota besar.
Melalui berbagai strategi antisipatif — mulai dari pelatihan guru, pembangunan infrastruktur listrik dan internet, penyediaan 2.500 paket materi digital, penegasan interaksi tatap muka, hingga mekanisme distribusi berbasis kesiapan sekolah — Kemendikdasmen menunjukkan bahwa program smartboard bukan proyek seremonial semata, melainkan bagian penting dari roadmap transformasi digital pendidikan Indonesia.
Langkah-langkah terencana ini menghadirkan optimisme bahwa program smartboard tidak akan menjadi program mangkrak, melainkan benar-benar akan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia.
Dengan dukungan semua pihak — pemerintah, guru, sekolah, dan masyarakat — kehadiran smartboard diharapkan menjadi titik awal menuju transformasi pendidikan Indonesia yang lebih merata, modern, dan berdaya saing global.
FAQ Seputar Program Smartboard Kemendikdasmen
1. Apa itu smartboard (interactive flat panel) yang diberikan Kemendikdasmen?
Smartboard atau interactive flat panel (IFP) adalah papan pintar layar sentuh yang dapat digunakan untuk menampilkan materi pembelajaran digital secara interaktif. Perangkat ini mendukung berbagai format media (teks, gambar, video, audio) dan dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan kolaboratif di kelas.
2. Apakah guru akan mendapatkan pelatihan untuk menggunakan smartboard?
Ya. Kemendikdasmen telah menyiapkan program pelatihan khusus bagi guru penerima smartboard, mencakup pengoperasian perangkat, integrasi ke dalam kurikulum, dan pembuatan media ajar digital. Tujuannya agar setiap guru siap menjadi smart teacher yang mampu memanfaatkan teknologi secara optimal.
3. Bagaimana dengan sekolah yang belum memiliki listrik atau internet?
Kemendikdasmen juga menyiapkan dukungan infrastruktur berupa pembangunan listrik tenaga surya untuk sekolah yang minim daya listrik serta kerja sama dengan BAKTI Kominfo untuk menghadirkan akses internet ke sekolah-sekolah penerima. Langkah ini memastikan perangkat tidak mangkrak akibat keterbatasan fasilitas dasar.
4. Apakah smartboard akan menggantikan guru di kelas?
Tidak. Mendikdasmen menegaskan bahwa smartboard hanyalah alat bantu pembelajaran, bukan pengganti guru. Guru tetap harus hadir sebagai fasilitator aktif, membimbing siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka di kelas.
5. Berapa banyak smartboard yang akan dibagikan dan bagaimana mekanismenya?
Kemendikdasmen menargetkan distribusi 288.000 unit smartboard pada tahun 2025. Namun, perangkat hanya akan diberikan kepada sekolah yang menyatakan siap menerima dan tidak akan dipaksakan kepada sekolah yang menolak atau merasa belum siap dari segi SDM maupun infrastruktur.
.png)
Posting Komentar untuk "Kemendikdasmen Pastikan Program Smartboard untuk Sekolah Tak Mangkrak, Ini Strategi Lengkapnya!"